TEMPO.CO, Jakarta - HENING memenuhi perpustakaan pribadi Susilo Bambang Yudhoyono, Ahad sore, 24 Maret 2013. Mata Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu terus menatap langit-langit. Mimiknya serius, membuat tetamunya, 33 Ketua Dewan Pengurus Daerah Demokrat, tak berani bersuara atau menyeruput teh manis di hadapan mereka.
Beberapa menit sebelumnya, para pengurus daerah meminta SBY bersedia menjadi ketua umum dalam kongres luar biasa yang akan digelar akhir pekan ini di Bali. Adalah Ketua Demokrat Sulawesi Tenggara Muhammad Endang yang pertama buka suara. “Ketua umum harus berasal dari keluarga Cikeas,” kata Endang kepada Tempo, Selasa lalu. Ia mengaku menyebutkan tiga nama: SBY, Kristiani Herawati atau Ani Yudhoyono, dan Edhie Baskoro Yudhoyono, putra SBY yang kini sekretaris jenderal.
Gelombang dukungan membesar. Mayoritas pengurus daerah ikut menyebut SBY layak memimpin partai setelah Anas Urbaningrum lengser karena menjadi tersangka kasus Hambalang. “Kami sedikit memaksa agar SBY bersedia menjadi ketua umum,” kata Ketua Demokrat Maluku Utara Rahmi Hussein.
Inilah yang membuat sahibulbait bimbang. SBY lalu meminta waktu dan meninggalkan perpustakaan itu. Tetamu tak tinggal diam. Masing-masing menuliskan nama calon yang akan diajukan dalam kongres. Begitu SBY kembali ke ruang pertemuan, mereka menghitung perolehan suara. Hasilnya: 25 pengurus menjagokan SBY, 5 suara untuk Kristiani Herawati atau Ani Yudhoyono, dan 3 pengurus mengusung Edhie Baskoro Yudhoyono, putra SBY.
Para pengurus daerah, kata Rahmi Hussein, kemudian menyampaikan skenario kepengurusan yang akan diputuskan di Bali. Agar tak mengganggu kegiatan Presiden, kegiatan partai hanya digelar akhir pekan di Cikeas. Beban sebagai ketua umum bakal dikurangi dengan penambahan jumlah wakil ketua umum dan ketua pelaksana harian. "Dialah yang akan melaksanakan operasional partai," kata Rahmi.
Kembali SBY berpikir. “Saya terima aspirasi ini. Tapi keputusan ada di Bali,” kata seorang peserta rapat, menirukan ucapan SBY.
***
TANPA ketua umum, Demokrat tak bisa mengikuti Pemilihan Umum 2014. Betapapun kuat posisi SBY sebagai ketua dewan pembina dan majelis tinggi, Undang-Undang Pemilihan Umum mewajibkan daftar calon legislator ditandatangani ketua umum dan sekretaris jenderal. Maka, target kongres luar biasa jelas: memilih ketua umum sebelum daftar calon diserahkan ke Komisi Pemilihan Umum, April mendatang.
Kubu Anas ogah kehilangan kursi Demokrat 1. Wakil Sekretaris Jenderal Saan Mustopa, yang sama-sama pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam bersama Anas, mengklaim didukung minimal 10 pengurus provinsi. Ia juga mengaku didukung sebagian legislator Demokrat di DPR. “Saya yakin bisa memenuhi syarat sebagai ketua umum,” kata Saan.
Loyalis Anas lain, Tri Dianto, juga telah mendeklarasikan pencalonannya. Bekas Ketua Dewan Pengurus Cabang Cilacap ini menggelar deklarasi di warung Bakso Sukowati di kawasan Cikeas, tempat SBY biasa makan. Tri seolah tak peduli bahwa dia nyaris mustahil menggapai mimpinya. “Saya serius, saya ingin maju menjadi ketua umum,” ujarnya kepada Tempo.
Kubu Wakil Ketua Dewan Pembina Marzuki Alie, yang kalah oleh Anas dalam kongres di Bandung, Mei 2010, tak mau ketinggalan. Sumber Tempo di Demokrat mengatakan Ketua DPR itu menggalang dukungan dari pengurus daerah, termasuk bertemu dengan pengurus daerah di rumah dinasnya di kawasan Widya Chandra pada malam hari. Marzuki Alie dalam beberapa kesempatan membantah berminat menjadi ketua umum.
Pun kelompok Cikeas punya jago sendiri. Menurut sumber Tempo yang menjadi petinggi di Demokrat, SBY kerap mengumpulkan petinggi partai—termasuk sejumlah menteri dari Demokrat—di kediamannya. Biasanya pada hari libur atau malam hari. Terakhir, pertemuan digelar malam sebelum SBY bertemu dengan pengurus daerah.
Semula, kata sumber ini, SBY berniat mengajukan Toto Riyanto, Direktur Eksekutif Demokrat. SBY menilai Toto bisa menjadi perpanjangan tangannya di partai. Toto pun dinilai tak berambisi menjadi calon presiden.
Kian mendekati kongres, perwakilan tiap kubu rajin bergerilya ke pengurus daerah. Utamanya, provinsi. Ketua Demokrat Jawa Barat Iwan Sulandjana dan Ketua Demokrat Sulawesi Selatan Ilham Arief Sirajuddin mengaku beberapa kali ditelepon utusan tiap kubu. “Namanya juga usaha,” kata Iwan.
Nyatanya, para pengurus daerah kompak mendukung SBY. Sebanyak 26 pengurus cabang di Jawa Barat mendukung SBY. “Kalau tidak SBY, ya, Ibas. Bu Ani pilihan terakhir,” kata Iwan. “Kami satu suara kepada SBY,” kata Ilham Arief. (Untung Rudi SBY Ketua Umum)
Dukungan seluruh pengurus provinsi terhadap Keluarga Cikeas bagai mengubah konstelasi. Mirwan Amir, salah satu orang dekat Anas, mengatakan kelompoknya mempertimbangkan Saan mundur jika SBY menjadi ketua umum. Saan pun mendukung keputusan pengurus daerah. Bekas Wakil Direktur Eksekutif Muhammad Rahmad, yang juga kelompok Duren Sawit—lokasi rumah Anas—menyatakan semua calon yang diajukan dalam kongres akan dijegal kecuali SBY ataupun Ani Yudhoyono. “Duren Sawit dukung Ani 100 persen.”
Kongres luar biasa baru akan bergulir Sabtu mendatang. Bisa saja konstelasi kembali berubah. Tapi, sejauh ini, hampir pasti pemenangnya adalah kubu Cikeas.
WAYAN AGUS PURNOMO | PRIHANDOKO | IRA GUSLINA SUFA | ANWAR SISWADI | ARDIANSYAH RAZAK BAKRI | PRAM
Berita terkait:
Susahnya Masuk Markas Kopassus Kandang Menjangan
Enggak Usah ke Jogja kalau Buat Rusuh!
Belanja Arloji Mewah Indonesia Bernilai Triliunan
Sulitnya Memburu Kepala Pengamanan Lapas Cebongan
Badak Ditemukan di Kalimantan
Dituntut Setengah Triliun, Bank DKI Siap Menggugat
Jakarta Pesta Diskon hingga 70 Persen
Ketua Umum Terpilih, Ibas Mundur sebagai Sekjen
Sleman Bersihkan Preman Usai LP Cebongan Diserbu