TEMPO.CO, Situbondo-Dua orang tewas akibat ledakan bom di dekat lokasi Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Karangtekok, Situbondo, pada pukul 09.15 WIB kemarin. Bom itu diduga merupakan sisa latihan gabungan Tentara Nasional Indonesia yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, Jumat lalu.
Korban tewas adalah Syukur, 45 tahun, dan Untung, 50 tahun, warga Desa Sekar Putih, Kecamatan Banyu Putih, Situbondo. Ketika kecelakaan itu terjadi, mereka sedang mencari seng bekas yang dipergunakan sebagai sasaran tembak pada latihan tempur akhir pekan lalu.
Syukur tewas seketika. Adapun Untung meninggal dalam perjalanan menuju Puskesmas Asembagus. Ledakan bom juga melukai empat kawan Syukur, yakni Asyari, Sunar, Didi, dan Yunus. “Saya lihat dari jauh, bom itu meledak,” kata Yono, kerabat Syukur.
Perawat Puskesmas Asembagus, Ida, mengatakan Syukur tewas karena luka terbuka di hampir semua bagian tubuhnya. "Tulang tungkai kaki kanannya hancur," kata Ida.
Sunaryo, salah seorang korban selamat, bercerita bahwa mereka berenam ada di lokasi itu untuk membongkar seng atas perintah seorang perwira marinir setempat. Mereka mendapat upah Rp 50 ribu untuk membersihkan tempat itu.
“Kami berangkat jam 6 pagi,” kata Sunaryo. Lokasi Puslatpur hanya 100 meter dari desa mereka. Titik yang harus mereka bersihkan ada di atas bukit. Pekerjaan baru rampung separuh ketika Syukur menemukan sebuah mortir sepanjang setengah meter. "Mortirnya diputar-putar oleh Syukur," kata Sunaryo. Tiba-tiba, mortir itu meledak.
Muhammad, keponakan Syukur, mengatakan pamannya itu sudah lama bekerja sebagai pembersih di lokasi latihan militer itu. “Sudah sepuluh tahun jadi pemungut bom,” katanya. Ketika Latihan Gabungan TNI berakhir pekan lalu, Syukur mendapat rezeki nomplok Rp 2 juta. “Katanya titipan Pak SBY," kata Muhammad.
Dihubungi kemarin, Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul menuding para korban memasuki wilayah terlarang. Mereka ada di area seluas satu kilometer persegi yang sudah ditutup TNI untuk latihan perang.
Ketika ledakan terjadi, kata Iskandar, tim demolisi TNI juga sedang bekerja. Tim ini bertugas menyisir sisa peluru atau bom yang tidak meledak sempurna. “Mereka masih bekerja ketika tiba-tiba terdengar suara ledakan keras,” katanya. Meski terkesan menyalahkan korban, TNI tetap berbelasungkawa. “Kami akan tanggung biaya pendidikan anak korban," kata Iskandar.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Komisi Pertahanan, Susaningtyas Nefo Handayani Kertapi, meminta perwira TNI tak sembarangan menyuruh warga sipil membersihkan lokasi bekas latihan militer. " TNI harus memberi pelatihan, rakyat buta teknologi tempur," kata politikus Partai Hati Nurani Rakyat ini.
IKA NINGTYAS| INDRA WIJAYA | ISTI