TEMPO.CO, Jakarta --Kepala Kepolisian RI Jenderal Timur Pradopo optimistis dapat membekuk penembak Ajun Inspektur Dua (Anumerta) Sukardi di Jalan H.R. Rasuna Said pada Selasa malam lalu. “Saya instruksikan kepada jajaran kepolisian agar penyelidikan dilakukan secepatnya,” kata Timur di Kantor Kepresidenan Kamis 13 September 2013.
Kepolisian, Kapolri mengimbuhkan, telah memeriksa belasan orang saksi, melakukan uji balistik terhadap proyektil dan selongsong peluru, serta meneliti rekaman kamera closed-circuit television (CCTV). Dari hasil analisis, diketahui jenis peluru yang digunakan untuk menembak Sukardi berbeda dengan penembakan terhadap anggota kepolisian lain.
Menurut Timur, dalam penembakan sebelumnya, peluru yang digunakan berkaliber 9 milimeter. Sedangkan penembakan terhadap Sukardi menggunakan peluru 4,5 milimeter. Dalam konferensi pers di kantornya, juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, mengungkapkan polisi menemukan tiga selongsong dan proyektil.
"Jenis pistol belum diketahui. Bisa FN, Beretta, atau yang lain. Semoga minggu depan hasil analisis Laboratorium Forensik keluar,” ucap Rikwanto. Pada pekan depan pula akan dilaksanakan rekonstruksi kejadian. Rekonstruksi dilakukan berdasarkan analisis rekaman CCTV, keterangan sopir truk, dan para saksi yang berada di dekat tempat kejadian perkara.
Rikwanto berkata, penyidik sedang mengkaji apakah motif penembakan adalah pembunuhan murni ataukah teror. Sejauh ini, tutur dia, penyidik polisi telah memeriksa 15 orang saksi. "Mereka adalah sopir truk dan kernetnya, petugas keamanan KPK, dan perwakilan Pemkab Maluku yang kebetulan sedang ada di situ," kata Rikwanto.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyesalkan tragedi penembakan yang menewaskan Sukardi. Menurut juru bicara kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Presiden telah memerintahkan kepolisian mengejar pelaku. "Polisi wajib mengejar dan mengungkap pelaku serta motifnya, karena kejadian ini bukan pertama kali," kata dia.
Pengamat terorisme Noor Huda Ismail menilai pelaku penembakan terhadap polisi yang terjadi beberapa bulan belakangan adalah kelompok baru yang independen. Ia menuturkan, sejak otak pengeboman Bali I dihukum mati, kelompok teroris terpecah. Masing-masing kelompok punya tujuan dan agenda tersendiri.
Salah satunya adalah kelompok yang melakukan teror terhadap polisi. Kelompok ini menggunakan sistem kerja baru yang disebut drop box. Dengan sistem drop box, pelaku teror menyediakan satu tempat untuk menaruh senjata dan tidak saling mengenal. “Eksekutor mendapat tugas, pergi ke drop box, kembalikan lagi senjata ke sana. Mereka tidak tahu lagi rencana selanjutnya.”
PRIHANDOKO | ANANDA BADUDU | TRI ARTINING PUTRI | RIZKI PUSPITA SARI | EFRI R
Baca juga:
Aipda Sukardi Jarang Sarapan di Rumah
Polisi Bogor Kota Dibekali Rompi Anti Peluru
Bripka Sukardi Ditembak dengan Peluru Kaliber 4,5
Istri Aipda Sukardi Tak Paksa Anaknya Jadi Polisi