TEMPO.CO, Jakarta-Menteri Perindustrian Mohamad Suleman Hidayat mengatakan pemerintah segera mengeluarkan paket kebijakan ekonomi baru untuk meredam tren pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. “Kalau terus-menerus bertengger di level 12 ribu, impor bahan baku kita dapat menyebabkan cost yang tinggi,” kata Hidayat di Bandung Jumat 29 November 2013.
Menurut dia, langkah yang akan ditetapkan pekan depan ini terdiri atas dua beleid. Pertama, Peraturan Menteri Keuangan tentang Kenaikan Pajak Penghasilan (PPh) Impor. Regulasi ini bertujuan mengurangi impor yang menyebabkan semakin tingginya defisit transaksi berjalan.
Kedua, pemerintah akan memberi insentif melalui peraturan presiden. Insentif ini dimaksudkan agar eksportir tidak mengalirkan dolar mereka ke luar negeri. “Misalnya, dengan merangsang pengusaha yang mendapat keuntungan harus mereinvestasi di sini,” katanya.
Langkah tersebut merupakan lanjutan dari paket kebijakan stabilisasi ekonomi yang sudah dikeluarkan pada Agustus lalu. Ketika itu, Menteri Keuangan Chatib Basri mengeluarkan tiga insentif fiskal yang berkaitan dengan pencegahan pengangguran, relaksasi, dan kenaikan PPh impor.
Menurut Chatib Basri, 69 perusahaan dari sektor tekstil, alas kaki, dan furnitur telah mengikuti program tersebut. Dengan insentif yang diterima, perusahaan mesti meneken kesepakatan tak melakukan pemecatan.
Dengan dua langkah tersebut, rupiah diharapkan menguat hingga ke level 11.500 per dolar. Optimisme ini didasarkan pada pandangan bahwa jebloknya rupiah hanya sementara dan fluktuatif. Hal itu terlihat dari rupiah yang ditutup menguat 53 poin menjadi 11.965 per dolar pada perdagangan kemarin.
Walau menguat, Chatib mengatakan, pemerintah tetap waspada dengan menerapkan kebijakan stabilisasi tersebut. Menurut dia, rupiah yang tertekan begitu kuat selama pekan ini disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal dipicu oleh pengumuman tingkat pengangguran di Amerika yang lebih rendah dibanding dugaan banyak pengamat. “Akibatnya, tak hanya rupiah, beberapa mata uang lain seperti peso, rupee, dan baht pun melemah.”
Adapun faktor internal karena kebutuhan valuta asing yang cukup besar menjelang akhir tahun untuk pembayaran utang maupun impor. Meskipun begitu, dia menjamin bahwa pemerintah dan Bank Indonesia akan berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo pun meminta pasar tidak panik ketika nilai rupiah tembus 12 ribu per dolar. Menurut dia, pelemahan rupiah selaras dengan pelemahan nilai tukar lain di regional. “Bahkan kemarin ada beberapa currency yang lebih dalam depresiasinya,” kata dia.
ANANDA TERESIA | FAIZ NASHRILLAH | M NAFI