TEMPO.CO, Jakarta -Hampir empat tahun menjabat Wali Kota Surabaya, banyak gebrakan yang dibuat Tri Rismaharini. Tidak hanya berkutat di balik meja, mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surabaya itu rajin ke lapangan. Hasilnya nyata, birokrat yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu menguasai medan dan mampu mengeksekusi program kerjanya.
Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Jawa Timur Ismail Nachu berpendapat, Risma sukses membawa perubahan bagi Kota Pahlawan. Di bawah kepemimpinannya, Surabaya meraih banyak prestasi. “Kemajuan kota ini tidak hanya diapresiasi dengan penghargaan berskala nasional, tapi juga pengakuan dunia,” ujarnya kemarin.
Gebrakan Risma yang bikin geger adalah menolak proyek jalan tol tengah kota sepanjang 25 kilometer. Ia memilih melebarkan jalan lingkar luar dan membangun trem serta monorel sebagai sarana transportasi publik. Konsorsium proyek disebut-sebut berupaya menemui Risma untuk menyerahkan uang pelicin Rp 8 miliar.
Melihat gawatnya persoalan, Risma lalu melapor ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Konon, hasil penyadapan atas laporan Risma justru mengungkap kasus penyuapan dan korupsi Wisma Atlet SEA Games XXVI Palembang. Majalah Tempo edisi pekan ini melaporkan, dari sinilah terbongkar jaringan terpidana korupsi M. Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat.
Dudung Purwadi, Direktur Utama Duta Graha Indah, perusahaan anggota konsorsium proyek jalan tol, membantah berusaha menyuap Risma. “Sepanjang yang saya ketahui, semuanya tidak benar,” kata dia saat dikonfirmasi Tempo.
Dalam upayanya mencegah banjir, Risma membeli 23 alat berat—dari hanya dua alat di zaman wali kota sebelumnya—untuk mengeruk tanah dan sampah di saluran air dan sungai. Risma juga berhasil menata wajah Surabaya menjadi sejuk karena membangun 9 jalur hijau, 54 taman, dan 8 hutan kota. Di taman-taman itu, selain tersedia jaringan Internet gratis, ada perpustakaan.
Namun, kerja Risma bukan tanpa kritik. Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Kota Surabaya, Jamhadi, menganggap Risma telah menghambat investasi lantaran menolak pembangunan jalan tol tengah kota. “Proyek itu terkatung-katung. Padahal pembangunan bahwa tol ini bagian dari MP3EI 2000-2025,” tuturnya.
Jamhadi mengatakan jalan alternatif pengganti jalan yang diajukan Risma berupa frontage road, ring road, inner ring road, serta sarana transportasi trem dan monorel hanya untuk angkutan orang. Sedangkan infrastruktur angkutan barang belum ada. Ia menilai jalan tol tengah kota tetap penting karena akan menghubungkan Waru dengan Pelabuhan Tanjung Perak.
“Kami berharap ada keterbukaan bagi Pemerintah Kota untuk menerima investasi infrastruktur jalan,” kata dia. Jamhadi berharap duet Risma dan Wisnu Sakti Buana bisa menghadirkan solusi. Sebagai informasi, Jamhadi juga menjabat Direktur Utama PT Tata Bumi Raya, perusahaan kontraktor milik Sutjipto, ayah Wisnu.
AGUS SUPRIYANTO | AGITA SUKMA LISTYNATI | DEWI SUCI RAHAYU