TEMPO.CO, Jakarta - Suara kalangan Islam menjadi incaran calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi). Prabowo menjadi pembicara Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan, di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Jakarta Selatan, Rabu malam 4 April 2014. "Saya tentara dan setiap prajurit pasti dekat dengan kiai. Prajurit muda dikirim ke daerah perang kalau mau berangkat, mesti datang ke kiai," kata Prabowo.
Prabowo disambut pimpinan Miftahul Ulum, Muhiddin Ishaq dan Abdullah Rasyid. Prabowo dan para kiai mengadakan pertemuan tertutup 30 menit. Terlihat Menteri Perumahan Rakyat dan Wakil Dewan Pakar PPP Djan Faridz dan mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi. Pada kampanye di Gelora Bung Karno akhir Maret 2014 lalu, Djan muncul dengan Ketua Umum PPP Suryadharma Ali di kampanye Gerindra mendukung orasi Prabowo. "Saya diundang Hasyim Muzadi, jadi harus hadir," kata Prabowo. (Baca:PPP: Prabowo Disukai Kiai dan Suryadharma Ali: Saya Jatuh Cinta pada Prabowo)
Prabowo mengatakan, penting menghadiri undangan tokoh Islam karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Sebelum memenuhi undangan Hasyim, Prabowo hadir di kantor Muhammadiyah. NU dan Muhammadiyah, kata Prabowo, merupakan soko guru umat Islam di Indonesia. Untuk itu, Prabowo membatalkan acara kampanye terbuka di Makassar. "Kalau diundang NU dan Muhammadiyah, sangat salah kalau tak berusaha hadir," ujarnya. (Baca juga: Diam-diam Jokowi Incar Massa Islam)
Hasyim mengatakan tak ada pembicaraan khusus mengenai dukungannya terhadap Prabowo calon presiden. "Tadi yang datang banyak," kata Hasyim. Ia mengatakan pesan kepada calon pemimpin agar berhati-hati setelah terpilih menjadi pemimpin Indonesia.
Hasyim mengatakan tak mengarahkan kaum nahdliyin mencoblos partai dan calon presiden tertentu. Anggota NU, kata Hasyim, sudah memiliki pilihan masing-masing. "Diimbau juga tak bakalan mau," ujarnya. (Baca juga: Pemilih Partai Islam 'Mengungsi' ke PDI Perjuangan)