TEMPO.CO, Jakarta-Mantan Menteri Pertahanan dan Panglima ABRI, Jenderal (Purn) Wiranto, mengaku mendapat ancaman setelah membeberkan alasan pemberhentian Prabowo Subianto sebagai Komandan Jenderal Korps Pasukan Khusus. Ancaman secara beramai-ramai itu disertai dengan kata-kata tak pantas dan tak patut.
“Sebenarnya penjelasan yang saya berikan sangat proporsional,” kata Wiranto di kantor Badan Pengawas Pemilu, Jakarta, kemarin. “Jika tidak setuju, tidak kemudian dengan beramai-ramai bereaksi keras dan saya anggap berlebihan, dengan kata-kata tidak pantas dan tidak patut, bahkan disertai ancaman-ancaman kepada saya.”
Prabowo bisa meminta penjelasan kepada Wiranto soal bagian yang tak sesuai dengan pemikirannya.“Saya bisa bicara langsung dengan Pak Prabowo. (Kemudian) Pak Prabowo bisa menjelaskan kepada publik, jangan kemudian justru pihak-pihak lain yang beramai-ramai bereaksi," kata Wiranto tanpa merinci ancaman yang diarahkan kepadanya itu.
Wiranto kemarin memenuhi panggilan Badan Pengawas Pemilu atas laporan dugaan kampanye hitam oleh kubu Prabowo-Hatta. Wiranto, didampingi pengacara Partai Hanura—Gusti Randa, Tomi Sihotang, Kristiawan, Syarifuddin Sudding, dan Teguh Samudra—bertemu selama satu jam dengan anggota Badan Pengawas, Nelson Simanjuntak.
Purnawirawan jenderal ini mengaku tak akan mundur untuk terus menyampaikan kebenaran, meski menerima ancaman dari siapa pun. Dia sekaligus menegaskan hanya menjelaskan peristiwa, bukan melakukan kampanye hitam, karena kampanye hitam tidak menggunakan informasi dan data yang akurat.
Sebelumnya, kubu Prabowo-Hatta melaporkan Wiranto ke Badan Pengawas Pemilu karena telah melakukan kampanye hitam. Kampanye hitam dituduhkan atas penjelasan Wiranto pekan lalu mengenai rekomendasi pemberhentian Prabowo oleh Dewan Kehormatan Perwira. Dalam penjelasannya, Wiranto mengatakan Prabowo melakukan penculikan atas inisiatif sendiri.
Pernyataan Wiranto ini mendapat reaksi keras dari puluhan purnawirawan Korps Pasukan Khusus. Mereka melemparkan kesalahan kepada Kepala Staf Angkatan Darat dan Wiranto. "Prabowo itu diberhentikan dengan hormat," kata bekas anggota Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat, Kolonel Ruby, di Joko Santoso Center, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu lalu. "Kami meminta Wiranto tak bicara arogan. Kalau tidak, kami akan mencari dia dan kami bawa dia. Kami juga meminta Wing Komando Wiranto dicabut."
Ruby, sebagai anggota Tim Mawar, berjanji mencari orang-orang lain yang dianggap berbicara ngawur soal Prabowo. "Mulai saat ini kami akan bergerilya mencari orang-orang yang bicaranya tak bertanggung jawab."
MUHAMAD RIZKI | MUHAMMAD MUHYIDDIN | GANGSAR PARIKESIT | WAYAN AGUS P | TIKA PRIMANDARI | PURWANTO
Berita lainnya:
Aktivitas Berjibun, Jokowi Tidur ala Uler Londot
Penutupan Dolly, Risma Kantongi Restu Megawati
Petani dan Polisi Bentrok, Delapan Terluka