TEMPO.CO, Jakarta-Hasil penghitungan suara pemilu presiden menunjukkan perolehan Joko Widodo-Jusuf Kalla makin sulit dikejar oleh pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Berdasarkan rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum di sejumlah kabupaten/kota yang selesai kemarin maupun yang dilansir situs www.kawalpemilu.org, Jokowi-Kalla unggul.
“Mustahil dikejar. Kalaupun sisa suara sebagian besar untuk Prabowo-Hatta, tetap sulit menang,” kata Ainun Najib, penggagas kawalpemilu.org, yang dikelola 700 relawan dari dalam dan luar negeri, kemarin. Tabulasi yang dilakukan Ainun dan kawan-kawannya berbasis formulir C1 di semua tempat pemungutan suara yang diunggah Komisi Pemilihan Umum di www.kpu.go.id.
Sampai pukul 22.00 WIB, jumlah suara yang terhimpun oleh kawalpemilu mencapai 126 juta dengan data pemilih sah mencapai 135 juta orang. Pasangan Jokowi-Kalla memperoleh 52,8 persen suara, sedangkan Prabowo-Hatta 47,2 persen. Adapun sisa suara yang belum masuk ke KPU tidak sampai 8 sampai 9 juta.
Kemarin, sejumlah kabupaten/kota sudah menyelesaikan penghitungan. Di Kota Manado, misalnya, Jokowi-Kalla memperoleh 58,77 persen suara, mengungguli Prabowo-Hatta dengan 41,23 persen suara. Di Kota Balikpapan, Jokowi-Kalla 59 persen suara, di atas Prabowo-Hatta dengan 41 persen suara.
Di Kota Yogyakarta, Jokowi-Kalla unggul dengan perolehan 60 persen suara, sedangkan Prabowo-Hatta hanya 40 persen suara. Adapun di Kota Surakarta, Jokowi-Kalla menang telak 84,3 persen suara, dan Prabowo-Hatta mendapat 15,7 persen. Hasil penghitungan KPU di empat daerah itu klop dengan hasil tabulasi yang dilansir di www.kawalpemilu.org.
Perolehan suara Jokowi-Kalla yang sulit dikejar itu membuat mitra koalisi Prabowo-Hatta goyah. Koalisi yang diteken Senin lalu tersebut ada kemungkinan akan bubar di tengah jalan. Partai Persatuan Pembangunan, yang pertama kali menyatakan dukungannya ke Prabowo, mulai ancang-ancang “balik badan”. Menurut Wakil Ketua PPP Suharso Monoarfa, angin politik di partainya bisa berubah. “Keikutsertaan PPP dalam koalisi permanen bukan keputusan partai, melainkan individu,” kata dia.
Aroma perpecahan juga mulai meruap di Partai Golkar. Belakangan muncul desakan digelarnya musyawarah nasional luar biasa untuk melengserkan Aburizal Bakrie dari ketua umum. “Akan ada migrasi besar-besaran di Golkar setelah pengumuman hasil pemilu presiden,” kata Indra J. Piliang, Ketua Badan Penelitian Golkar.
Ketua Majelis Syuro Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra, juga tidak yakin koalisi permanen Prabowo-Hatta bertahan lama. “Kalau Prabowo kalah, koalisi ini hanya seumur jagung,” kata Yusril. PBB termasuk mitra anggota koalisi Prabowo-Hatta.
Jokowi mengakui saat ini ada beberapa partai pendukung Prabowo-Hatta yang mendekat dan tengah membangun komunikasi. Sedangkan Prabowo tetap yakin koalisi permanen tidak akan bubar. "Kalau ada yang ingkar dengan kontrak itu, ya, saya tidak tahu. Itu beradab atau tidak." kata Prabowo, Selasa lalu.
TIM TEMPO
Baca juga:
Relawan Jokowi di Papua Akui Sekap Politikus PAN
Relawan Jokowi di Papua Akui Sekap Politikus PAN
Saking Miskinnya, Nenek Ginem Makan Bangkai
Istri Pimpinan ISIS Mantan Penata Rambut