TEMPO.CO, Naypydaw - Presiden Joko Widodo menyatakan Indonesia siap menopang terbentuknya pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Indonesia harus menjadi bagian penting dari rantai produksi, bukan hanya di regional Asia Tenggara, tapi juga global. “Indonesia tidak akan membiarkan dirinya menjadi pasar semata,” kata Jokowi dalam Sidang Pleno Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Naypyidaw, Myanmar, Rabu, 12 November 2014. KTT ASEAN dibuka kemarin dan akan ditutup hari ini.
Untuk mewujudkan pasar bebas ASEAN, kata dia, diperlukan peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara anggota. Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi 7 persen. Menurut Presiden, peningkatan perdagangan antar-negara ASEAN menjadi kunci keberhasilan MEA. "Dalam lima tahun ke depan, saya berharap nilai perdagangan antar negara ASEAN setidaknya bisa mencapai 35-40 persen," katanya. Saat ini, volume perdagangan intra-ASEAN baru 24,2 persen. (Baca juga: Jokowi: Indonesia Ingin Jadi Kunci di Pasar ASEAN)
Jokowi juga mengajak negara-negara sahabat meningkatkan produk domestik bruto ASEAN hingga dua kali lipat dari US$ 2,2 triliun menjadi US$ 4,4 triliun dan mengurangi separuh angka kemiskinan di kawasan dari 18,6 persen menjadi 9,3 persen pada 2030. (Baca juga: Jokowi Bisa Dorong Isu Rohingya di KTT ASEAN)
Ia menegaskan, di bawah pemerintahannya, Indonesia terbuka untuk berbisnis bagi negara mana pun. Syaratnya, negara lain juga harus menjunjung tinggi prinsip resiprokal, saling menghormati, dan menguntungkan. Lima sektor utama (dari 12 sektor) yang didorong Indonesia antara lain pertambangan, telekomunikasi, infrastruktur, perhubungan, dan perbankan. (Baca juga: 3 Syarat Jokowi Agar Pasar Bebas ASEAN Sukses)
Selain perdagangan, Jokowi menyoroti investasi serta percepatan pembangunan infrastruktur dalam koridor Masterplan Konektivitas ASEAN. "Kita harus memastikan bahwa laut menyatukan, bukan memisahkan kita."
Baca Juga:
Wakil Tetap RI untuk ASEAN, Duta Besar Rahmat Pramono, menyatakan kesiapan Indonesia menghadapi MEA mencapai 82 persen. Ini masih tertinggal dibanding Singapura maupun Malaysia. Rahmat melihat MEA 2015 sebagai kesempatan untuk lebih mengembangkan perekonomian Indonesia. Pasar bebas ASEAN (FTA) sudah diikuti enam negara (Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand), sekarang tinggal menambah Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam ikut di dalamnya.
Pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada, Sri Adiningsih, mengatakan Indonesia telah menjadi penopang utama ASEAN selama ini. Alasannya, ekonomi Indonesia memang berpusat di ASEAN. "Neraca perdagangan kita di kawasan, baik migas maupun nonmigas, sempat surplus beberapa waktu," kata dia. Pemerintah, kata dia, harus membenahi sistem transportasi dan infrastruktur guna menekan biaya logistik. Hal lain adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia.
ANANDA TERESIA (NAYPYIDAW) | YOLANDA RYAN ARMINDYA | AMOS SIMANUNGKALIT | AMIRULLAH | AGUSSUP
Berita lain:
Jusuf Kalla: Ahh FPI Selalu Begitu, Simbol Saja
Adegan Mantel Putin dan Istri Xi Disensor
Gara-gara Mantel Putin, Peng Jadi Gunjingan