TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Ketua Umum Partai Golkar, Jusuf Kalla, menyentil Aburizal Bakrie, yang berniat maju kembali sebagai orang nomor satu partai beringin. Kalla mengingatkan Aburizal agar berkaca terlebih dulu sebelum mencalonkan diri lagi. “Dulu, sebagai ketua umum, karena suara Golkar turun, saya gentleman mengatakan saya berhenti dan minta diganti,” ujar Wakil Presiden, Jumat 14 November 2014. (Baca:Agung Laksono Senang Putusan Soal Munas Golkar)
Menurut Kalla, suara Golkar dalam pemilihan umum 2014 menurun. Golkar hanya memperoleh 91 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat, berkurang dari 107 kursi pada pemilihan umum sebelumnya. Golkar juga gagal menyorongkan calon dalam pemilihan presiden. ”Tentu saya yakin Aburizal legowo untuk mengakui,” ucap Kalla. “Butuh kearifan bahwa yang bisa dua kali (menjadi ketua umum) adalah yang berhasil.”
Aburizal Bakrie mengklaim telah didukung oleh 463 dari 560 pemegang suara dalam Musyawarah Nasional—ajang untuk memilih ketua umum—untuk maju lagi. Aburizal mengetahui angka tersebut berdasarkan surat dukungan yang ia terima. “Kalau memang jumlahnya semakin banyak, tentu saya berdosa kalau tidak mendengarkan itu,” kata Aburizal, Kamis malam lalu. (Baca:Priyo Santoso: Calon Ketum Golkar Boleh Kampanye)
Dalam rapat pleno Golkar dua hari lalu, diputuskan bahwa Musyawarah Nasional bakal digelar pada Januari 2015. Ini memupus spekulasi bahwa Musyawarah Nasional akan dilaksanakan pada 27 November. Politikus Golkar, Agun Gunandjar Sudarsa, sebelumnya mendengar bahwa acara tersebut dilaksanakan pada November untuk menjegal para pesaing Aburizal yang belum matang menggalang dukungan.
Sejumlah nama sudah menyatakan bakal maju untuk duduk di pucuk beringin. Mereka adalah Agung Laksono, M.S. Hidayat, Priyo Budi Santoso, Airlangga Hartanto, Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Hadjriyanto Tohari. Aburizal mempersilakan mereka untuk bersaing dengan dirinya. “Saya sih terbuka saja, penuhi saja semua syarat di AD/ART, selesai,” katanya.
Dalam Anggaran Rumah Tangga Golkar, salah satu syarat pencalonan adalah kandidat mesti didukung sekurang-kurangnya 30 persen pemegang suara. Ini yang memberatkan para calon. Dalam Musyawarah Nasional mendatang, diperkirakan hanya akan ada dua penantang Aburizal. (Baca:Kubu Aburizal Tampik Golkar Gagal)
Salah seorang kandidat, M.S. Hidayat, justru mengatakan popularitas Aburizal di daerah sudah merosot. Hidayat menemukan hal itu ketika blusukan ke daerah untuk menggalang dukungan. “Itu harus diakui,” ujarnya. Agus Gumiwang, calon yang lain, mengatakan Aburizal sedang melancarkan perang urat saraf saat mengklaim didukung mayoritas pemegang suara. “Bolehlah klaim seperti itu, tapi di lapangan pasti beda,” katanya. Menurut dia, peta dukungan baru bisa terbaca sebulan menjelang pemilihan.
Jusuf Kalla berharap Musyawarah Nasional berjalan sesuai dengan aturan partai. “Harus sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, harus terbuka, dan jangan gelap-gelapan,” katanya.
PRIHANDOKO | RIDHO JUN PRASETYO | SYAILENDRA | MUHYIDDIN
Berita lainnya:
Di Mimbar Masjid, Pria Ini Pimpin Doa Tolak Ahok
Ahok Akan Dilantik, FPI: Itu di Tangan Tuhan
Unhas Geger, Guru Besar dan Mahasiswi Nyabu
Ruhut: Bubarkan Saja FPI
Asus Zenfone 4S, Tangguh Berkat Chipset Intel