TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah dan Bank Indonesia akan bertemu hari ini untuk membahas pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Dalam transaksi di pasar uang pada Senin, 15 Desember 2014, nilai tukar rupiah ditutup pada posisi 12.714 per dolar AS. Angka itu merupakan yang terendah sejak 24 Agustus 1998.
Deputi I Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Perekonomian, Bobby H. Rufinus, mengatakan pemerintah dan BI akan membicarakan langkah-langkah yang akan diambil supaya rupiah tidak semakin anjlok. “Langkah jangka pendek bisa dilakukan BI. Kami akan mempersiapkan langkah jangka panjang,” ucap dia kepada Tempo, kemarin.
Beberapa langkah yang disiapkan pemerintah antara lain merancang instrumen fiskal yang bertujuan memberikan insentif bagi perusahaan asing yang mau menyimpan keuntungannya di Indonesia. Selain itu, pemerintah mendorong badan usaha milik negara dan swasta melakukan hedging (lindung nilai).
Disebutkan Bobby, pelemahan kurs rupiah disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan dolar untuk pembayaran utang perusahaan serta spekulasi menjelang pertemuan bank sentral Amerika Serikat pada tiga hari mendatang. The Fed--julukan bank sentral AS--dikabarkan akan menaikkan suku bunga acuan. “Pelemahan saat ini cukup parah. Tapi tidak akan lama,” ujar Bobby.
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Peter Jacobs, menegaskan, bank sentral sudah berupaya keras menahan laju pelemahan nilai tukar rupiah. Bahkan, dia mengatakan Bank Indonesia sudah melakukan intervensi agar nilai tukar berada di posisi yang aman. “Hari ini juga BI intervensi,” kata Peter.
Dia bertutur, sebenarnya pemerintah sudah melakukan reformasi struktural dengan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi dan mengurangi impor. Namun isu defisit transaksi berjalan hingga saat ini masih menjadi masalah bagi pasar keuangan. “Ini yang sedang diselesaikan bersama-sama,” kata Jacob.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, mengimbuhkan, pelemahan kurs rupiah dari Desember 2013-Desember 2014 mencapai 2,5 persen. Angka itu lebih rendah dibanding pelemahan yen Jepang sebesar 15 persen, dolar Singapura 6 persen, dan ringgit Malaysia yang terdepresiasi 6 persen.
Saat ini, kata dia, pemerintah tengah berfokus mengatasi masalah ini dalam jangka pendek. “Kami akan berusaha meningkatkan ekspor dan mempercepat masuknya investasi langsung,” ucapnya. Perizinan investasi yang sudah menjadi satu pintu pada Januari 2015 diharapkan akan mempercepat datangnya investasi langsung.
ANGGA SUKMA WIJAYA | M. AZHAR | TRI ARTINING PUTRI | EFRI R
Topik terhangat:
Longsor Banjarnegara | Teror Australia | Rekening Gendut Kepala Daerah
Berita terpopuler lainnya:
Surat Sakti Agar Golkar Kubu Ical Disahkan Laoly
Kesaksian WNI Soal Detik-detik Teror di Australia
Kubu Agung Cabut Gugatan Legalitas Munas Bali
Dewan Pers: Kasus Karikatur Jakarta Post Distop