TEMPO.CO, Jakarta - Kisruh keterlambatan penerbangan (delay) Lion Air dinilai sebagai bentuk salah urus maskapai penerbangan ini. Delay selama puluhan jam sejak Rabu hingga Jumat lalu menimbulkan kekacauan penerbangan di sejumlah bandara, mencerminkan buruknya manajemen Lion Air. Jika tak ada perbaikan, perusahaan penerbangan ini dikhawatirkan kolaps.
“Maskapai mungkin juga mengalami kesulitan keuangan, karena dana untuk membeli konsumsi penumpang dan mengembalikan tiket sebesar Rp 3 miliar harus ditalangi oleh PT Angkasa Pura II,” kata pengamat bisnis penerbangan dari Universitas Gadjah Mada, Arista Atmadjati, kemarin.
Dia menjelaskan, bentuk buruknya manajemen Lion Air antara lain tidak adanya prosedur standar operasi perusahaan ketika menghadapi krisis keterlambatan penerbangan. Prosedur operasi, kata Arista, juga tidak berfungsi ketika ribuan penumpang membutuhkan informasi solusi dari Lion Air.
Arista memperkirakan Lion Air sedang kesulitan keuangan karena dalam beberapa tahun terakhir memborong pesawat dengan cara leasing. Pada 2011, Lion Air membeli 234 unit Boeing senilai US$ 21,7 miliar atau setara dengan Rp 279 triliun. Pada 2013, Lion Air memesan 201 unit Airbus A320 senilai US$ 20 miliar atau setara dengan Rp 257 triliun.
Bukan hanya itu, tahun lalu Lion Air memesan 100 pesawat buatan Aerei da Trasporto Regionale (ATR) asal Italia senilai US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 13 triliun. “Padahal anjloknya kurs rupiah belakangan ini bakal membuat cicilan pesawat-pesawat itu membengkak,” kata Arista.
Bukan hanya penumpang Lion Air yang terkatung-katung karena harus antre untuk mendapatkan kompensasi ataupun pengembalian tiket, maskapai lain juga terimbas karena kacaunya jadwal Lion Air. Pemerintah langsung menjatuhkan sanksi kepada Lion dengan tak lagi memberikan izin pembukaan rute baru.
Direktur Operasional Lion Air Daniel Putut mengatakan penerbangan maskapainya telah normal sejak pukul 05.30 kemarin. ”Penumpang yang kena delay kemarin (Jumat) sudah berangkat," ucapnya.
Sebanyak 2.500 dari sekitar 6.000 penumpang yang telantar telah mendapatkan pengembalian uang tiket, pelayanan relaksasi, dan tiket gratis yang berlaku hingga Rabu mendatang. Penyebab delay, menurut Daniel, adalah adanya tiga pesawat yang rusak akibat menabrak burung. Inilah yang menjadi pemicu serangkaian delay.
Gerry Soejatman, pengamat penerbangan lainnya, ragu akan alasan itu. "Kalau hanya dua atau tiga pesawat yang tidak bisa terbang, tidak mungkin efeknya sebesar ini," katanya. Ia menduga sebetulnya ada sekitar 10 pesawat yang tidak terbang. Sebelumnya, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan memiliki 110 pesawat dan 81 di antaranya beroperasi.
Pengamat penerbangan Chappy Hakim menilai pembelian Boeing oleh Lion Air semestinya menjadikan pelayanan maskapai ini kian baik. “Penambahan armada harus diimbangi dengan infrastruktur yang baik dan sumber daya manusia yang mumpuni,” kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara ini.
TRI ARTINING | ODELIA SINAGA | BERNADETTE CHRISTINA | ALI HIDAYAT | RR ARIYANI