TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan membentuk tim khusus untuk menelusuri kematian Koordinator Pos Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Benjina, Yoseph Sairlela, Sabtu malam lalu. Direktorat Jenderal PSDKP Asep Burhanudin mengatakan kematian Yoseph penuh kejanggalan. “Kasus ini sudah ditangani kepolisian, tapi internal kami tetap melakukan penelusuran,” kata dia kepada Tempo, Selasa 21 April 2015.
Yoseph, 51 tahun, meninggal ketika dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, dari Hotel Treva International, tempatnya menginap. Yoseph masuk Treva sehari sebelumnya dalam kondisi sehat.
Asep mengatakan timnya akan mencari tahu mengapa Oce—panggilan Yoseph—ke Jakarta. Keterangan sementara dari kantor pengawasan Benjina menyebut Oce pergi untuk mencari suku cadang speed boat. “Sebetulnya enggak perlu dia, tapi ini, kok, dia sendiri,” ujar Asep.
Seorang petugas pengawasan di Benjina membenarkan Oce berulang kali mengatakan hendak pergi membeli spare part. “Carinya memang harus di Jakarta,” kata dia. Tapi mengapa Oce juga pergi ke Surabaya?
Asep mengatakan, mengutip keterangan putri almarhum, Oce pergi ke Surabaya untuk menemui tamu. Di Bandara Juanda, dia dijemput taksi. “Itu yang sedang kami cari tahu,” ujarnya.
Menteri Susi Pudjiastuti terkejut Oce mati. Sebab, Oce adalah saksi kunci untuk dugaan kejahatan PT Pusaka Benjina Resources. “Ini kehilangan luar biasa,” kata Susi.
Kementerian telah lama mengincar Benjina. Perusahaan di Benjina, Kepulauan Aru, tersebut mengoperasikan armada penangkapan yang hampir seluruhnya diawaki warga asing. Perizinan alih kebangsaan kapal-kapalnya dari Thailand menjadi Indonesia diduga asli tapi palsu.
Belakangan Associated Press mengungkap praktek perbudakan di kapal milik Benjina. "Pak Yoseph tahu banyak sekali tentang itu semua," kata Susi.
Curiga terhadap kematian anak buahnya, Susi meminta Yoseph diotopsi pada Ahad lalu. “Kita tunggu hasil otopsinya,” kata Susi, yang telah memerintahkan para saksi Benjina segera diamankan ke Jakarta.
DEVY ERNIS | AGOENG WIJAYA