TEMPO.CO, Jakarta - Kinerja empat menteri ekonomi disorot ekonom dan politikus. Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, dan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel dinilai tak berprestasi. Keempatnya disebut layak dievaluasi Presiden Joko Widodo.
Guru besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Mudrajad Kuncoro, menganggap wajar bila keempat menteri tersebut sering disebut layak diganti karena belum punya konsep dan arah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. “Mereka belum menunjukkan geregetnya, perekonomian malah terus memburuk,” katanya, Kamis 7 Mei 2015.
Kuncoro menunjuk contoh kinerja Kementerian BUMN yang melempem. Indikatornya adalah pelemahan harga saham sejumlah perusahaan negara yang masuk bursa. Sedangkan Kementerian Keuangan dinilai gagal menjaga nilai tukar rupiah. Persoalan lain adalah tingkat inflasi yang tinggi dan pertumbuhan yang melemah.
Adapun Kementerian Perdagangan dipersoalkan lantaran neraca perdagangan yang lemah. “Semua masalah itu terjadi karena lemahnya koordinasi antarkementerian,” tuturnya.
Soal inflasi, Badan Pusat Statistik memang mencatat inflasi April 2015 sebesar 0,36 persen, lebih tinggi daripada April 2014 yang mengalami deflasi sebesar 0,02 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi hanya 4,7 persen, jauh di bawah target pemerintah, yang sebesar 5,8 persen. Begitu pula nilai tukar rupiah, kemarin tercatat 13.148 per dolar AS. Pada Mei 2014, rupiah sempat menyentuh posisi 11.413 per dolar AS.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, Rabu lalu mengatakan Kementerian BUMN merupakan salah satu kementerian yang perlu evaluasi serius. Selain karena jatuhnya harga saham BUMN, “Kami juga menerima informasi bahwa penempatan posisi strategis perusahaan BUMN mengabaikan aspek-aspek profesionalitas.”
Kritik terhadap tim ekonomi juga disampaikan oleh Ketua Partai Hanura Sarifuddin Sudding. Ia menuding pertumbuhan ekonomi dalam negeri jauh dari target. “Menteri Keuangan tak responsif, dan itu dianggap melemahkan, lalu Presiden mau reshuffle, silakan,” kata Sudding.
Menteri BUMN Rini Soemarno tak banyak berkomentar soal kinerjanya. “Pada akhirnya, yang menilai apakah saya perform atau tidak adalah presiden,” tuturnya di kantornya. Rini menegaskan hanya mau menanggapi jika diajak bicara oleh Presiden.
Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo menuturkan, sebetulnya keempat kementerian itu tak berkinerja buruk. Dia berpendapat, hanya Kementerian Keuangan dan Kementerian Koordinator Perekonomian yang harus diperbaiki. Musababnya, kedua kementerian itu sangat buruk dalam berkoordinasi.
“Menko Perekonomian tak transparan dalam kebijakan harga BBM,” ujarnya. Sedangkan Menteri Keuangan dinilai kurang responsif menanggapi perkembangan perekonomian. Adapun Kementerian BUMN dan Kementerian Perdagangan dianggap sudah baik. Buktinya adalah neraca perdagangan triwulan I 2015, yang surplus US$ 2,43 miliar.
PINGIT ARIA | PRAGA UTAMA | PUTRI ADITYOWATI | FAIZ NASHRILLAH | EFRI R