TEMPO.CO, Jakarta - Tim ekonomi baru Kabinet Kerja disambut positif pelbagai kalangan. Kepala Pusat Studi Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, yakin menteri-menteri ekonomi hasil perombakan kabinet kemarin bisa membangun fondasi ekonomi yang lebih baik. “Komposisi paling menarik adalah duet dua ekonom senior sebagai menteri koordinator,” ujarnya Rabu 12 Agustus 2015.
Masalahnya, kelesuan ekonomi saat ini dipicu kelesuan di luar Indonesia. Dengan demikian, kata Tony, “Siapa pun menterinya, perlambatan ekonomi tetap terjadi.” Dia mengingatkan pemerintah agar tak terburu-buru menggapai swasembada. Tanpa fondasi kuat, swasembada yang menjadi tolok ukur membaiknya ekonomi bisa menyebabkan kelangkaan yang memicu kenaikan harga-harga.
Direktur Eksekutif Center For Taxation Analysis Yustinus Prastowo menyoroti pilihan atas Darmin Nasution, yang didapuk sebagai Menteri Koordinator Perekonomian, menggantikan Sofyan Djalil, yang digeser menjadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Menurut dia, pengalaman Darmin memimpin Direktorat Jenderal Pajak akan membantu pemerintah menyusun prioritas pendapatan dan cara memungut pajak yang lebih baik.
Keraguan muncul terhadap Thomas Lembong, yang diangkat Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Rachmat Gobel. Menurut Ketua Komisi Perdagangan Dewan Perwakilan Rakyat Achmad Hafidz Tohir, kiprah Thomas belum terlihat di sektor riil.
Thomas malang melintang sebagai bankir investasi. Sebagai Menteri Perdagangan, kata Hafidz, tugas berat menghadang penulis pidato Jokowi ini, yakni mengatasi kenaikan harga bahan pokok, memperbaiki neraca perdagangan, dan menekan laju inflasi di pedesaan. “Saya belum siap,” kata Thomas ketika ditanya soal program kerjanya.
Ekonom senior lain yang dipilih Jokowi menangani ekonomi yang lesu adalah Rizal Ramli. Mantan Menteri Keuangan ini didaulat menjadi Menteri Koordinator Maritim menggantikan Indroyono Susilo. Pramono Anung, politikus senior PDI Perjuangan, akan menempel Presiden sebagai Sekretaris Kabinet menggantikan Andi Widjajanto.
Setelah dilantik, Darmin mengungkapkan beberapa agenda prioritasnya. Ia akan berfokus mengantisipasi kekeringan akibat kemarau, serta mencegah kenaikan harga daging sapi dan lonjakan inflasi. Prioritas berikutnya adalah pengelolaan fiskal, khususnya manajemen penerimaan dan pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Masalah investasi juga menjadi perhatian mantan Gubernur Bank Indonesia itu. Menurut Darmin, loyonya rupiah disebabkan kurangnya pemasukan modal. Meski tak memasang target, ia menjamin ekonomi akan tumbuh pada kuartal III dan IV.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Darmin dipilih menggantikan Sofyan untuk memperbaiki koordinasi tim ekonomi. Soal keraguan atas Thomas, Kalla bilang, “Orang bisa belajar.”
TRI ARTINING PUTRI | URSULA FLORENCE | ADITYA BUDIMAN | FAIZ NASHRILLAH | EFRI R