TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Williem Rampangilei mengakui tak ada kemajuan signifikan dalam upaya memadamkan api kebakaran hutan. Ia menyebutkan empat penyebab lambannya pemadaman. Pertama, wilayah yang terbakar sangat luas. Kedua, kebakaran terjadi di lahan gambut. Ketiga, kekeringan membuat api semakin sulit dipadamkan. Dan keempat, titik-titik api sulit dijangkau karena keterbatasan akses.
“Banyak titik yang harus dipadamkan lewat udara karena tak bisa dicapai melalui jalan darat,” ujar Williem, Selasa 15 September 2015. "Untuk benar-benar memadamkan api, dibutuhkan hujan, baik itu alami maupun buatan.”
BNPB mencatat luas kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan bertambah. Pada Senin 14 September lalu, misalnya, jumlah titik api di Sumatera mencapai 1.143, meningkat dari 944 titik api pada hari sebelumnya. Di Kalimantan, titik api terdeteksi sebanyak 266 pada Senin, naik dari 222 titik pada Minggu.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan hujan baru akan mengguyur Sumatera pada Oktober mendatang. Itu pun hujan ringan.
BNPB mengerahkan pesawatnya untuk memancing hujan. Pesawat-pesawat itu bergerak ke Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah. Ribuan anggota TNI dan polisi juga dilibatkan. “Seluruh energi sudah kami kerahkan. Sekarang tinggal bagaimana yang di lapangan bisa tetap aktif bergerak,” kata Menteri Sekretaris Negara Pratikno di Jakarta, Selasa 15 September 2015.
TIKA PRIMANDARI | MAHARDIKA SATRIA HADI