TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan membatalkan proyek kereta ekspres yang menghubungkan dua bandara, Soekarno-Hatta di Tangerang dan Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur. Sebagai gantinya, kementerian merancang kereta ekspres jarak pendek rute Soekarno-Hatta ke Stasiun Jakarta Kota.
“Biayanya Rp 23 triliun lebih, siapa yang kuat?" kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hermanto Dwi Atmoko di Jakarta, kemarin. Kebutuhan biaya itu didasarkan pada hasil pra-studi kelayakan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), perusahaan negara yang bergerak di bidang pembiayaan. SMI ditunjuk sebagai fasilitator Kementerian Perhubungan dan menggarap studi kelayakan.
Menurut studi itu, investasi yang diperlukan untuk proyek kereta ekspres Halim ke Soekarno-Hatta mencapai US$ 1,8 miliar plus financing cost US$ 322 juta (setara Rp 27 triliun). Pemerintah harus menyiapkan 49 persen di antaranya—sekitar Rp 13 triliun—sebagai dana pendamping (viability gap fund). Tak ada dana, pemerintah pun memutuskan membatalkan proyek.
“Salah satu alasannya itu,” Direktur Pengembangan Proyek dan Advisory SMI, Darwin Trisna Djajawinata, mengkonfirmasi. Kementerian Perhubungan telah menyampaikan keputusan pembatalan ke Kementerian Keuangan, 28 Oktober 2015.
Hermanto menambahkan, pembatalan juga didasari alasan efisiensi. Sebab, pada 2017, kereta rel listrik Soekarno-Hatta ke Manggarai yang digarap PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT Angkasa Pura II (Persero) mulai beroperasi, sehingga kereta ekspres Halim ke Soekarno-Hatta dinilai mubazir, karena melintasi rute yang mirip. "Rugi, kan?" kata dia.
Sebaliknya, Darwin berpendapat, kereta ekspres Halim ke Soekarno-Hatta tetap ekonomis meski KRL Bandara Soekarno Hatta-Manggarai beroperasi nanti. Sebab kedua moda memiliki segmen pasar berbeda. “Kereta ekspres menyasar penumpang yang daya belinya lebih tinggi.”
Darwin menambahkan, mengubah rute kereta ekspres justru membuat calon investor yang telah menyatakan minat jadi menahan diri. Sebelumnya, empat calon investor mengungkap ketertarikannya menggarap proyek tersebut. Mereka adalah Samsung Group (Korea Selatan), China Railway Group Ltd (Cina), Shimizu Corporation (Jepang), dan konsorsium Heathrow Airport Holdings Ltd (Inggris). Tapi, kata Hermanto, ketertarikan mereka baru sebatas omongan.
Kini, Kementerian Perhubungan merancang kereta ekspres Soekarno-Hatta-Stasiun Jakarta Kota dengan kecepatan maksimal 100 kilometer per jam. Menurut Hermanto, kereta listrik itu tetap dikategorikan ekspres karena hanya akan berhenti di tiga stasiun, yakni Jakarta Kota, Pluit, dan Bandara. "Pengertian ekspres itu, stasiun pemberhentiannya sedikit."
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan sebelumnya mengatakan transportasi ini lebih penting ketimbang menambah runway Bandara Soekarno-Hatta atau bandara baru.
KHAIRUL ANAM