TEMPO.CO, Nusa Dua - Politik uang kian santer tercium menjelang pemilihan Ketua Umum Golkar dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa partai berlambang beringin tersebut di Bali. Anggota tim sukses calon ketua umum Ade Komarudin, Firman Soebagyo, menuding tim pemenangan calon ketua umum Setya Novanto membagi-bagikan duit sebesar US$ 10 ribu (Rp 133 juta) saat mengumpulkan 200 Dewan Pimpinan Daerah I dan II Golkar di Pecatu Indah Resort, Bali, Sabtu malam lalu.
“Duit itu untuk memuluskan skenario pelaksanaan pemilihan ketua umum melalui voting terbuka,” kata Firman di Nusa Dua Convention Center, Minggu 15 Mei 2016. Dengan voting terbuka, 560 pemilik suara akan menyebut nama calon ketua umum saat menyatakan pandangan umum, dan itu akan mengintimidasi pemilik suara. Sedangkan jika pemilihan melalui voting tertutup, hak suara diberikan secara rahasia.
Munaslub di Nusa Dua Convention Center hari ini diagendakan menggelar pemilihan ketua umum. Meski peserta dan pimpinan rapat sudah mengesahkan tata tertib dan memilih pimpinan Munaslub, keputusan soal aturan mengenai mekanisme pemilihan ketua apakah voting terbuka atau tertutup ditunda hingga hari ini setelah kemarin gagal diputuskan.
Tidak hanya kubu Ade, tim sukses Priyo Budi Santoso juga mencium kuatnya aroma politik uang menjelang pemilihan ketua umum. Menurut Ketua Pelaksana Tim Sukses Priyo, Vasco Ruseimy, fulus itu dialirkan di luar arena Munaslub. Caranya, sekretaris pimpinan dewan pimpinan daerah (DPD) diundang ke hotel tempat menginap calon ketua umum. Setelah itu, tim sukses calon ketua umum mendatangi pemilik suara atau diundang ke luar arena Munaslub di Nusa Dua.
Vasco enggan menyebut siapa calon ketua umum dan berapa jumlah dana yang dikeluarkannya. Dia meminta Komite Etik Munaslub Golkar menghukum calon ketua umum yang menggunakan politik uang.
Kepada Tempo, seorang petinggi DPP Golkar yang menolak disebut namanya menyatakan politik uang bukan hanya dilakukan Setya. Calon lain pun, yakni Ade Komarudin, melakukannya. Menurut dia, sementara Setya menggunakan dolar Amerika, Ade menggelontorkan dolar Singapura. “DPD II dibayar sampai Rp 500 juta, DPD I Rp 3 miliar,” katanya. “Duit yang beredar baru uang muka.”
Setya membantah ada pertemuan di daerah Pecatu dan menggelontorkan uang agar dirinya terpilih sebagai ketua Golkar. Menurut dia, Sabtu malam lalu dia sedang makan bersama istri dan 15 orang lain di Bubur Laota Nusa Dua. “Tim juga enggak ada,” katanya.
Kendati demikian, Setya mengakui sering berkomunikasi dengan perwakilan daerah. Ketua DPR I Golkar Sumatera Barat Hendra Irwan Rahim juga membantah ada pertemuan di Pecatu. Apalagi sampai berkembang isu bagi-bagi uang di sana. Namun anggota tim sukses Setya, Roem Kono, membenarkan ada pertemuan pimpinan DPD di Pecatu Indah Resort. “Tim pemenang tidak ada yang hadir di sana. Sebatas forum DPD,” tuturnya.
Dari kubu Ade, salah satu anggota tim suksesnya, Ahmad Noor Supit, membantah jika pihaknya dituding membagi-bagikan dolar Singapura kepada para pemilik suara di Munaslub Golkar. “Tidak ada itu.”
Ketua Panitia Pengarah Munaslub Golkar Nurdin Halid meminta Komite Etik Munaslub terus mengawasi dugaan politik uang dan bersikap tegas. “Tidak boleh ada lagi yang berinteraksi dengan pemegang hak pilih,” katanya. Adapun Wakil Ketua Komite Etik Munaslub Golkar Lawrence Siburian, mengatakan belum bisa menindaklanjuti temuan di atas. “Belum ada laporan yang masuk,” katanya.
HUSSEIN ABRI YUSUF I AHMAD FAIZ | KODRAT