TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia akan memperkuat pengamanan di perairan Natuna, Kepulauan Riau, menyusul berulangnya persinggungan antara kapal perang Indonesia dan kapal penjaga pantai Cina pada akhir pekan lalu. “Kami mengirim lima KRI dan satu pesawat CN 212,” kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa 21 Juni 2016.
Gatot mengatakan TNI hingga saat ini juga sedang menyiapkan pendirian pangkalan untuk satuan drone atau unmanned aerial vehicle (UAV) di Natuna. “Pesawat (tanpa awak) itu akan menginformasikan apa yang didapat di wilayah itu,” ujarnya. “Ini akan kami prioritaskan.”
Insiden antara kapal perang Indonesia dan Cina kembali terjadi saat kapal KRI Imam Bonjol milik TNI AL menangkap kapal ikan Han Tan Cou 19038 yang kedapatan beroperasi di wilayah Laut Natuna, Jumat pekan lalu. Kala itu, dua kapal penjaga pantai (coast guard) Cina bernomor lambung 3303 dan 2501 bergantian mendesak agar kapal nelayan berbendera Cina tersebut dilepaskan oleh kapal TNI AL.
Panglima Komando Armada Indonesia Kawasan Barat TNI Angkatan Laut Laksamana Muda Achmad Taufiqoerrochman mengatakan semula pengejaran oleh KRI Imam Bonjol—dibantu KRI Todak 631—melihat kapal Han Tan Cou bersama 11 kapal Cina lainnya hendak kabur. “Mereka dikawal penjaga pantai Cina,” kata Achmad. “Mereka ngotot mengatakan kapal ikan itu memancing di kawasan pemancingan tradisional.”
Menurut Achmad, kapal penjaga pantai Cina sempat mengikuti konvoi KRI Imam Bonjol yang menyeret kapal tangkapan berisi tujuh awak berkebangsaan Cina tersebut ke Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Ranai, Natuna. Namun permintaan agar Han Tan Cou dilepaskan tak digubris. “Ini adalah Zona Ekonomi Eksklusif pulau kita. Secara hukum milik kita,” ujarnya.
Di laman Kedutaan Besar Cina untuk Indonesia, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, menyatakan bahwa pemerintahnya mengirim kapal penjaga pantai itu untuk melindungi kapal penangkap ikan Cina dan menangani korban luka-luka. Dia mengklaim penangkapan kapal itu telah menyebabkan seorang nelayan terluka dan kini dirawat di rumah sakit di Hainan, Cina.
Chunying juga mendesak Indonesia agar berhenti mengambil tindakan yang menyulitkan, membesar-besarkan sengketa, dan merusak stabilitas, “Serta menangani masalah perikanan di laut secara konstruktif,” ujarnya.
Achmad menampik tudingan tersebut. “Itu omong kosong. Saya tegaskan tak ada yang luka,” ujarnya. Dia membenarkan kabar bahwa sebelum menangkap KRI Imam Bonjol sempat melepaskan tembakan peringatan ke udara serta laut secara terukur dan tak berbahaya.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, yang sempat dipanggil Presiden Joko Widodo atas insiden ini, mengatakan telah membentuk tim pakar untuk menyelesaikan masalah Laut Cina Selatan. Tim itu akan dipimpin oleh Hasyim Djalal, mantan Duta Besar RI untuk Jerman, Kanada, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang juga pakar hukum laut internasional. “Kami akan lihat lebih jernih lagi dari aspek hukum internasional, juga soal keadaan di sana (Laut Cina Selatan),” kata Luhut.
YOHANES PASKALIS | AGOENG WIJAYA
Berita lainnya:
LBH Pers: Pencurian Konten Majalah Tempo Melanggar Hukum
Baru Beroperasi, Jalan Tol Pejagan-Brebes Timur Telan Korban
Tunggu KPK, PPATK Siap Telusuri Aliran Duit Rp 30 M ke Teman Ahok