TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mengkaji ulang pemanfaatan lahan dan bangunan di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, pasca-banjir besar pekan lalu. Salah satu yang menjadi sorotan adalah bangunan superblok Kemang Village. “Kalau melanggar, akan kena surat peringatan,” ujar Asisten Pembangunan Kota Jakarta Selatan Freddy Setiawan.
Freddy mengatakan bangunan mal dan apartemen kerap disorot penduduk setempat karena dianggap sebagai penyebab banjir. Sebab, pengembang kawasan itu, Lippo Grup, membuat pagar beton di sepanjang pinggiran Kali Krukut setinggi 5 meter, seperti yang terlihat di bagian Cipete Utara.
Menurut Freddy, tim audit punya waktu hingga Selasa pekan depan untuk mendata kesesuaian izin pemanfaatan lahan. Fokus utamanya adalah bangunan yang melanggar ketentuan garis sempadan bangunan (GSB) dan garis sempadan sungai (GSS). Ketentuan ini mengatur jarak bangunan ke jalan adalah setengah lebar jalan itu. Sementara itu, sempadan sungai selebar 20 meter.
Selain Kemang Village, Dinas sedang mendata kesesuaian izin bangunan yang berubah fungsi menjadi kafe atau kantor. Kepala Dinas Penataan Kota Benny Agus Chandra mengatakan audit dilakukan atas perintah Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama karena kawasan itu selalu macet dan banjir tiap hujan. “Sejauh ini, kami simpulkan ada yang melanggar dan ada yang tidak,” ujar dia.
Annisah menjadi penduduk RT 02 RW 06 Cipete Utara sejak 1970-an. Ia melihat sendiri bagaimana kawasan Kemang Village berubah dari lapangan bola luas menjadi properti elite. Beberapa dasawarsa lalu, kata dia, lahan itu memiliki danau dan sawah yang cukup luas. “Kami biasanya menyebutnya lapangan Kemang,” kata perempuan 56 tahun ini.
Bila hujan deras, kata Annisah, genangan air tak pernah sampai lantai rumahnya. Itu terjadi karena air hujan melimpas rata ke lapangan itu. Kondisinya berubah sejak Kemang Village dibangun pada 2007 lalu. Air banjir dari kali tak lagi tertampung lantaran terhalang tembok tinggi milik Kemang Village. “Kadang suka khawatir tembok itu rubuh,” kata dia.
Annisah juga menyaksikan bagaimana pengembang Kemang Village membelokkan aliran Kali Krukut di belakang rumahnya. Aliran kali itu dulunya berbentuk huruf U. Tapi pengembang meluruskan aliran kali sehingga rumah Annisah, yang awalnya berjarak 20 meter dari pinggir Kali Krukut, kini berada tepat di bibir kali. “Banjir pekan lalu, rumah saya terendam hingga bouven pintu,” kata dia.
Selain dekat Kali Krukut, wilayah rumah Annisah berada di atas lahan cekung. Posisinya terimpit bangunan Kemang Village, kuburan Cipete Utara, dan jalan arteri. Rumah Annisah dan warga di RT 02, 03, dan 04 di RW 06 Cipete Utara memang berada di kawasan rawan banjir. Saat banjir pekan lalu, ketinggian air mencapai 3 meter.
Head of Corporate Communication Lippo, Danang Kemayan Jati membantah Kemang Village sebagai penyebab banjir. Soalnya, kata dia, Lippo membangun tandon air seluas 1,8 hektare di bawah mal yang mampu menampung luapan Kali Krukut hingga 100 ribu meter kubik. “Prinsipnya kami membangun untuk mengelola lingkungan juga,” kata Danang.
INDRI MAULIDAR | ABDUL AZIS
Berita lainnya:
Tontowi dan Liliyana Dapat Hadiah Rumah Mewah di Semarang
HUT Polwan Ke-68, Tito: Suatu Saat Kapolri Harus Perempuan
Tabrak Waktu Salat, Madura United Minta Jadwal Main Diubah