TEMPO.CO, Jakarta - Sejak 23 September lalu hingga Selasa, 4 Oktober 2016, tercatat 243 ribu percakapan di media sosial mengenai tiga pasangan bakal calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta. Pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat memimpin dengan 146 ribu percakapan, Anies Baswedan-Sandiaga Uno dengan 62 ribu percakapan, dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dengan 35 ribu percakapan.
Pendiri PoliticaWave, Yose Rizal, mengatakan tiap percakapan mengandung sentimen berupa persepsi netizen terhadap pasangan calon. Dalam hal ini, Basuki-Djarot masih memimpin dengan selisih sentimen positif dan negatif 7.078 percakapan. Lalu pasangan Agus-Sylviana sebesar 6.207. Sedangkan Anies-Sandi sebanyak 2.981 percakapan.
Media sosial, kata Yose, berperan signifikan dalam kampanye pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Ia memprediksi kampanye digital dalam pemilihan umum kali ini bakal lebih meriah ketimbang pemilihan pada 2012. “Media sosial kini menjadi sarana vital untuk menjangkau warga Jakarta,” kata dia, Selasa 4 Oktober 2016.
Perang di media sosial itu mulai muncul dengan banyaknya serangan ke calon tertentu. Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok banyak diserang soal kebijakan penggusurannya. Tapi pendukungnya membelanya. “Mengapa media tidak perbanyak berita tentang relokasi? Kenapa justru penggusuran. Sehingga seolah-olah mau menggiring opini seakan-akan Ahok tukang gusur,” begitu cuitan akun @Yaptosyam di Twitter.
Anies juga dikritik ketika dia akhirnya maju sebagai calon gubernur dengan dukungan Partai Gerindra pimpinan Prabowo Subianto. Padahal dulu Anies pernah menuduh Prabowo. “Di belakang Prabowo itu mafia. Itu kata Anies. Mau pilih orang plin-plan seperti ini? Ya, silakan saja,” demikian cuitan akun @eae18.
Lain lagi dengan akun @caknawa yang mengomentari tautan berita Agus yang diajak berfoto oleh masyarakat setelah lomba lari pada Ahad lalu: “Anak ingusan itu ternyata dicinta masyarakat Jakarta. Welcome Generasi Baru #JakartaUntukRakyat.”
Riuhnya percakapan di media sosial itu, menurut Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum, Muhammad, membuat suasana pemilihan Gubernur Jakarta tidak kondusif. Kondisi itu malah terjadi ketika Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta belum menetapkan pasangan calon.
Muhammad meminta tim kampanye berhati-hati menggunakan media sosial untuk berkampanye. Instansinya telah bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memantau pelanggaran kampanye. “Tidak boleh ada upaya mendiskreditkan pasangan calon lain dengan alasan apa pun,” ujar dia.
Itu sebabnya, Ketua Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta Sumarno mewajibkan tim pemenangan pasangan calon untuk melaporkan akun kampanye media sosial mereka. “Setiap pelanggaran pasti akan kami tindak lanjuti,” kata dia.
ARKHELAUS W. | REZKI ALVIONITASARI | LINDA HAIRANI
Berita lainnya:
Minum Pakai Sedotan, Bikin Wajah Cepat Tua
Menjalin Kedekatan Orang Tua dan Anak Remajanya
Diam Dua Menit, Nikmati Ketenangan dan Rasakan