TEMPO.CO, Jakarta - Polisi mencium rencana beberapa kelompok radikal, yang berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), mendompleng unjuk rasa pada 2 Desember 2016. Demonstrasi tersebut merupakan lanjutan unjuk rasa 4 November 2016 yang menuntut polisi memenjarakan Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan tuduhan penistaan agama.
Detasemen Khusus 88 Antiteror sedang memburu anggota jaringan dua kelompok yang diduga akan melakukan teror, yakni Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Khafilah Syuhada al-Hawariyun. "Ada kelompok teror yang sudah masuk. Jika mereka memanfaatkan demo itu, akan saya tindak," kata Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Ahad 27 November 2016.
Dalam sepekan terakhir, Densus 88 menangkap sejumlah anggota kelompok radikal. Kemarin, Markas Besar Polri mengumumkan telah menangkap Bahrain Agam di Gampong Blang Teurakan, Kabupaten Aceh Utara, serta Saiful Bahri alias Abu Syifa di Desa Baros, Serang, Banten.
Bahrain dan Saiful disinyalir berhubungan dengan Rio Priatna Wibawa yang ditangkap Densus pada Rabu pekan lalu di Majalengka, Jawa Barat, dengan dugaan menyiapkan bom berdaya ledak tinggi untuk meneror Jakarta. Polri mengidentifikasi ketiganya sebagai jaringan Muhammad Bahrunna'im Anggih Tamtomo, bekas terpidana terorisme kepemilikan amunisi di Solo, yang kini diyakini berada di Suriah.
Sebelumnya, Bahrunna'im dituding sebagai dalang teror bom Thamrin pada Januari lalu. Namanya juga disebut-sebut sebagai salah seorang anggota JAD pimpinan Aman Abdurrahman, terpidana terorisme di Nusakambangan.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, mengatakan Densus juga menangkap sembilan anggota Khafilah Syuhada al-Hawariyun pimpinan Saulihun alias Abu Nusaibah di Jakarta dan Bekasi pada Sabtu lalu. Mereka diduga berbaiat kepada Abu Bakar al-Baghdadi, pemimpin ISIS.
Menurut Boy, anggota Abu Nusaibah itu diduga aktif dalam kerusuhan seusai demonstrasi pada 4 November. Polisi, kata Boy, masih mengumpulkan informasi kelompok ini kembali ikut berdemo pada 2 Desember. ”Yang terpenting, ini bisa digagalkan," kata Boy.
Pengamat terorisme Muhammad Jibriel Abdul Rahman meragukan anggota JAD akan mendompleng unjuk rasa. Kelompok ini, menurut dia, mengutuk umat Islam terlibat aksi politik. Dia menduga penangkapan tiga anggota JAD--Rio, Bahrain, dan Syaiful--merupakan pengembangan penangkapan Juhanda, pelaku teror bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda.
Syamsudin Uba, bekas pelaksana tugas Ketua Gerakan Pemuda Islam, menilai polisi memfitnah Abu Nusaibah sebagai simpatisan ISIS. "Dia guru ngaji dan penceramah biasa," ujarnya. Syamsudin mengaku mengenal Saulihun alias Abu Nusaibah. Meski begitu, dia tak bisa memastikan keberadaan Abu Nusaibah dan kelompoknya pada 4 November lalu.
FRANSISCO ROSARIANS | AGOENG | ANTARA
Berita lainnya:
Game Pesta Kelamin di Kalibata Digerebek Polisi
Bertemu, Gus Mus Nasihati 3 Pemuda Penghinanya
Jokowi Putuskan Penghapusan Ujian Nasional Pekan Ini