TEMPO.CO, Jakarta - Sentimen agama di Ibu Kota meningkat mendekati pemilihan gubernur 15 Februari 2017. Temuan itu terungkap dalam hasil sigi salah satu lembaga survei resmi di situs Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta, Lingkaran Survei Indonesia (LSI).
Dalam hasil survei terbaru, bulan ini, LSI mencatat sentimen agama warga Jakarta mencapai 71,4 persen. Angka itu melonjak dari hasil survei Maret dan Oktober tahun lalu, yang masing-masing menyatakan 40 dan 55 persen responden menganggap sentimen agama sangat penting. “Sentimen agama bisa menjadi variabel sangat menentukan menang dan kalahnya calon Gubernur Jakarta,” kata peneliti LSI, Ardian Sopa, Selasa 24 Januari 2017.
Artikel terkait:
Sidang Ahok, Hakim Tegur Saksi Gara-gara Takbir
Jika Saksi dari FPI Mangkir, Kubu Ahok: Panggil Paksa
Sidang Ahok, Lurah: Protes Tidak Ada, yang Ada Tepuk Tangan
Menurut dia, sentimen tersebut meningkat karena masalah tuduhan penistaan agama terhadap inkumben Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bergulir hingga ke meja hijau. Pro dan kontra di media sosial juga mengerek polarisasi dalam soal agama. Dampaknya, dukungan terhadap Ahok sempat merosot dari 49,1 persen pada Maret menjadi 27,1 persen pada Desember 2016.
Menurut Ardian, elektabilitas Ahok baru merangkak naik kembali menjadi 32,6 persen pada bulan ini. Penyebabnya adalah perubahan gaya komunikasi Ahok, selain permintaan maaf yang pernah disampaikannya. Ahok juga dinilai menempatkan diri sebagai korban kriminalisasi penistaan agama, “Sehingga masyarakat Jakarta kasihan,” ucap Ardian.
Dia memperkirakan elektabilitas Ahok terus naik jika berhasil memperbaiki sentimen negatif masyarakat terhadap dia. Menurut data survei, Ardian menyebutkan, 65,7 persen warga muslim Jakarta percaya Ahok menista agama. Adapun jumlah pemilih muslim di Jakarta mencapai 85 persen dari total pemilih. Dalam kondisi saat survei dilakukan, Ardian melanjutkan, elektabilitas Agus Harimurti-Sylviana Murni melejit menjadi 36,7 persen dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno 21,4 persen.
Dalam diskusi di kantor Tempo, Senin lalu, pendiri sekaligus Chief Executive Officer PolMark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah, juga mengatakan elektabilitas Ahok dan pasangannya, Djarot Saiful Hidayat, masih bisa naik. Menurut hasil survei PolMark pada 6-12 Januari 2017, elektabilitas Ahok-Djarot sebesar 20,4 persen. "Pak Basuki masih berpeluang untuk pulih (elektabilitasnya), bisa sampai di angka 28 persen," kata Eep.
Eep menuturkan angka kenaikan hanya sebatas itu, kecuali ada penyebab lain yang menurunkan elektabilitas pasangan calon gubernur-wakil gubernur lainnya. “Dan, hari-hari ini bagaikan 400 meter terakhir dalam lomba lari 5 kilometer. Semua upaya pasti dilakukan (oleh para pasangan calon)," katanya.
Menurut hasil survei PolMark, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno meraih elektabilitas tertinggi, yakni 25,3 persen, diikuti Agus Harimurti-Sylviana Murni 23,9 persen. Survei ini melibatkan 1.200 responden di Jakarta. Wawancara dilakukan secara tatap muka pada 6-12 Januari 2017. Adapun metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan tingkat kesalahan 2,9 persen.
Secara terpisah, Raja Juli Antoni dari tim sukses Ahok-Djarot menyangsikan hasil survei LSI ihwal elektabilitas Ahok. Seperti yang dikeluhkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebelumnya, Raja mengungkapkan bahwa pendiri lembaga survei tersebut, Denny J.A., terafiliasi dengan pasangan calon. “Jadi, obyektivitasnya patut dipertanyakan,” ujarnya.
Namun dia menilai sigi LSI tak akan mampu mengelak dari tren elektabilitas pasangan inkumben yang beranjak naik justru setelah sidang Ahok bergulir. “Kami meyakini kembalinya rasionalitas publik,” katanya.
AVIT HIDAYAT | DIKO OKTARA | RIKY FERDIANTO
Berita lainnya:
Kurus Tanpa Diet, Bisa Jadi Itu Tanda Penyakit Kronis
Mahasiswa UII Tewas, Diinjak dan Disabet Rotan 10 Kali
Agar Tidak Malu, PDIP Minta Pelapor Megawati Pahami Pidato