TEMPO.CO, Jakarta - Teror dengan sasaran anggota kepolisian kembali terjadi. Pada Jumat malam, 30 Juni 2017, sekitar pukul 19.30, seseorang menyerang dua personel Brigade Mobil, Ajun Komisaris Dede Suhatmi dan Brigadir Satu Syaiful Bakhtiar, dengan menggunakan sangkur di Masjid Falatehan, Jakarta Selatan.
Dede dan Syaiful langsung dibawa ke Rumah Sakit Pusat Pertamina untuk mendapat perawatan atas luka di bagian leher, telinga, dan wajah. Belakangan, keduanya dipindahkan ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Sedangkan pelaku—dari kartu identitas diduga warga Bekasi bernama Mulyadi, 28 tahun—tewas ditembak anggota Brimob lainnya setelah berupaya kabur ke arah Terminal Blok M.
Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan mengatakan timnya bersama Detasemen Khusus 88 Antiteror masih menyelidiki identitas pelaku. Dari olah tempat kejadian perkara, polisi menemukan telepon seluler, sejumlah kartu, dan tas berisi sebilah pisau lain yang serupa dengan sangkur yang dipakai untuk menganiaya Dede dan Syaiful. “Tim sedang bekerja,” kata Iriawan kepada Tempo setelah menjenguk dua korban di Rumah Sakit Pertamina.
Iriawan memastikan polisi akan berupaya mengidentifikasi keterkaitan pelaku teror dengan kelompok radikal, termasuk kemungkinan adanya hubungan dengan sel Jamaah Ansharud Daulah (JAD) Bekasi pimpinan Nur Solihin, yang dibekuk Desember lalu.
Juru bicara Mabes Polri, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, menilai pola serangan di Masjid Falatehan mirip dengan teror di Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara pada Minggu, 25 Juni 2017. “Tapi belum tahu terkait atau tidak. Kita lihat perkembangannya nanti,” kata dia.
Teror terjadi sesaat setelah jemaah Masjid Falatehan, Jakarta Selatan, menyelesaikan salat isya. Pelaku, yang menurut keterangan sejumlah saksi berada di barisan saf belakang, langsung menghampiri Dede dan Syaiful. Sambil meneriakkan kata “kafir” dan “thogut” (berhala), dia langsung menebaskan pisau dan menusuk dua anggota Brimob tersebut.
Ini adalah serangan tanpa bom kedua yang membidik polisi dalam sepekan terakhir. Pada Minggu, 25 Juni 2017, sekitar pukul 03.00, dua teroris menyusup masuk ke pos pintu keluar Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan menikam hingga tewas Ajun Inspektur Satu Martua Sigalingging. Syawaluddin Pakpahan, 43 tahun, salah seorang pelaku yang disebut sebagai pemimpin JAD Sumatera Utara, ditangkap. Sedangkan rekannya, Ardial Ramadhana, tewas ditembak.
Pasca-serangan di Medan, Jenderal Tito telah mewanti-wanti seluruh personelnya agar waspada terhadap teror yang membidik anggota kepolisian. Dalam beberapa kesempatan, Tito mengingatkan teroris menganggap kepolisian adalah kafir. “Jadi, harus diprioritaskan (sebagai sasaran teror),” kata Tito. Beberapa hari terakhir, sejumlah kepala kepolisian daerah pun telah menyatakan siaga.
MITRA TARIGAN | HUSSEIN ABRI | INGE KLARA SAFITRI | ANGELINA ANJAR | AGOENG
Berita lainnya:
Polri Beberkan Peran 4 Terduga Pelaku Teror di Polda Sumut
Teror di Mabes Polri, Pelaku Sempat Berteriak Thogut dan Kafir
Saksi Teror di Mabes Polri: Awalnya Suara Gaduh Dikira Ada Maling