TEMPO.CO, Jakarta- Proyek apartemen di dekat stasiun kereta segera dibangun. Direktur Korporasi dan Pengembangan Bisnis Perum Perumnas, Galih Prahananto, menyatakan hunian yang dibangun di kawasan terminal terpadu atau transit oriented development (TOD) hanya ditujukan bagi masyarakat menengah bawah. “Kami memang enggak boleh bikin mewah-mewah. Karena memang ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah,” ujar dia selepas peresmian pembangunan hunian vertikal di Stasiun Tanjung Barat, Jakarta, Selasa, 15 Agustus 2017.
Peresmian pembangunan hunian vertikal tersebut dihadiri Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. TOD merupakan konsep pengembangan moda transportasi dengan menambahkan hunian dan pusat belanja. Konsep tersebut telah diterapkan di negara maju, seperti Singapura, Jepang, dan Hong Kong.
Baca: Permintaan Tinggi, Jakarta Diserbu Apartemen Baru
Perumnas bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai pemilik lahan untuk membangun tiga tower hunian dengan kapasitas 1.200 unit. Proporsi hunian untuk kelas masyarakat berpenghasilan rendah sebesar 25 persen. Perumnas memprediksi proyek senilai Rp 705 miliar ini bisa selesai pada 2019 mendatang.
Ada dua opsi yang ditawarkan, tipe studio dengan luas 21 meter persegi dan tipe dua kamar seluas 35–45 meter persegi. Harga jual tipe studio diperkirakan sekitar Rp 200 juta dengan harga Rp 9,3 juta per meter persegi. Adapun tipe dua kamar diperkirakan ditawarkan lebih dari Rp 400 juta dengan harga Rp 18 juta per meter persegi. Galih mengatakan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengimbau pengembang agar tak menjual hunian mahal di lokasi TOD.
Menurut Direktur Pemasaran Perumnas Muhammad Nawir, harga itu sudah relatif murah karena terletak di Ibu Kota. Namun saat ini perusahaan sedang mempertimbangkan untuk memangkas harga jual, karena ada dorongan dari Kementerian BUMN. “Bisa subsidi silang dengan menaikkan harga sewa 200 unit yang dialokasikan untuk komersial,” ujar Nawir.
Baca: Penjelasan KAI-Perumnas Garap Apartemen di Jalur Kereta
Adapun Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat berharap apartemen yang dibangun di sekitar stasiun kereta komuter Jakarta–Bogor terbebas dari aksi monopoli. Dia meminta, Perumnas sebagai pengembang bisa membatasi pembelian unit dari satu pembeli. “Ini relatif murah, kalau diborong dan dijual lagi pasti jadi mahal,” ujar dia.
Menurut Djarot, pembangunan apartemen yang menggunakan konsep transit oriented development amat efektif untuk mengurangi backlog kepemilikan rumah warga Jakarta yang mencapai lebih dari 1 juta rumah. Pengembangan perumahan terintegrasi dengan sarana transportasi akan mendorong warga kelas menengah ke bawah memiliki tempat tinggal. “Bisa mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum juga.”
ANDI IBNU